13 Juni 2010

Pengemis itu Merokok

Apa yang aku tulis ini bukan sebuah cerita hebat atau sebuah cerita motivasi yang bisa memberikan inspirasi bagi seseorang, tetapi apa yang aku tulis hanyalah sekedar apa yang saya alami tadi pagi yang membuatku tersenyum jika mengingatnya.
Seperti biasa kalau minggu pagi aku, istri dan anak-anak tercinta jalan-jalan ke sebuah perumahan yang tiap minggu menjadi pasar tiban, dengan berbagai produk yang di jual beserta macam-macam makanan. Ketika aku sedang nungguin anakku yang kecil naik kereta mini, ada seseorang mendekatiku, aku perhatikan mukanya setengah tertutup topi rimba dengan memakai pakaian agak lusuh berwarna biru muda, kalau gak salah usianya sekitar lima puluhan masih cukup gagah untuk ukuran seorang lelaki.
Orang tersebut mendekatiku tanpa mengeluarkan suara, cuma tangan kanannya memegang mangkok plastik yang berisi uang beberapa lembar ribuan dan recehan koin lima ratusan. Sedangkan tangan kirinya memegang sebatang rokok yang masih mengepul. Aku berpikir bapak ini berniat meminta-minta atau gimana? Tidak ngomong dan waktu menyodorkan mangkok plastik terkesan ragu-ragu, selain itu dari penampilan gak dekil-dekil amat seperti biasanya para pengemis.

Tiba-tiba dari sebelah kiri datang bapak-bapak dan berujar,"Engkong...kalau mau minta-minta jangan sambil ngerokok dong, orang-orang yang mau ngasih jadi gak jadi tuh, yang namanya minta-minta tuh untuk beli beras atau makanan bukan untuk beli rokok". Orang yang meminta-minta semakin tertunduk, aku cuma diem sambil senyum-senyum ada orang yang secara langsun ngomong seperti itu.
"Engkong kalau mau ngerokok di rumah aja pas sedang istirahat,"lanjut orang itu ngomong. Orang tersebut beli makanan kemudian dikasihkan ke engkong tersebut sambil bilang,"saya gak ngasih uang karena nanti untuk beli rokok bukan untuk beli makanan". Kemudian engkong tadi berjalan pergi, sementara aku masih tertegun dengan pikiran mengenai kejadian barusan. Seseorang yang mungkin tidak begitu kekurangan, mungkin hanya karena malas sehingga mengemis dijadikan sebagai profesi, dan mungkin engkong tadi sedang belajar menekuni profesinya sehingga masih terlihat canggung.
Suatu hal yang aneh, merasa diri untuk makan aja kurang masih bisa-bisanya membeli rokok yang notabene sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Jadi inget sebuah status FB temen yang bilang bahwa dirinya melihat seorang pengemis di Jakarta membawa sebuah HP dan tersenyum malu-malu ketika HPnya berbunyi. Hebat sekali seseorang yang merintih-rintih bilang belum makan 2 hari sambil membawa anak kecil tetapi dari sakunya tersembul sebuah HP.
Sebuah sandiwara hidup telah diperankan, kebohongan dan rasa malu sudah bukan hal yang tabu, penderitaan hanyalah sebuah peran, tinggal menunggu saatnya tiba sang khalik memberikan balasan bagi orang-orang munafik dan pemalas yang menggunakan kebohongan penderitaan sebagai alat untuk mencari uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar